Showing posts with label ulas pena. Show all posts
Showing posts with label ulas pena. Show all posts

Sunday, 23 November 2014

Perihal Kritik

Belakangan ini saya sedang berada dalam lingkungan orang-orang yang sedang menghadapi fase tekanan kerja yang tinggi. Maka konflik amat rentan terjadi. Kalimat yang terlontar bisa rupa-rupa. Mulai biasa, semangat, saran atau kritik.

Hmm, menurut saya lebih baik kita mengurangi tendensi "menyalahkan". Bukankah urgensi kritik itu MEMBANGUN, bukan melemahkan? Sedikit banyak kritik akan mempengaruhi psikis masing-masing pribadi dalam lingkungan itu. Kalau memang untuk membangun, sampaikan kritik tersebut ke divisi/ personal yg terkait supaya tepat sasaran. Karena terkadang, kritik itu akan membuka aib dan itu tidak mengenakkan.

Kini kita saling "memanaskan" kerja. Jadi mari saling melapangkan dada saat mengkritik dan dikritik. Semoga ada semangat untuk saling menghebatkan ya :)

Salam cinta,
Fildzah Amalya

Wednesday, 24 September 2014

Waktu

Jangan kau salahkan September yang menjumpai akhir
Jika aksi tandas tak terukir

Jangan kau salahkan Oktober yang hampir menjelang
Jika nyatanya kau lah yang terlambat berdandan


Menuju penghujung tahun, 25/9/2014
Fildzah Amalya

Meletakkan Fokus?

Fokuslah untuk membaikkan dan melejitkan
Pada kelebihan.

Memperbaiki kekurangan hanya akan meningkatkan
Dari yang awalnya 'di bawah rata-rata' menjadi 'rata-rata'

Namun mengasah kelebihan akan membuka jalan
Lebih ahli dalam suatu bidang
Untuk menjadi 'di atas rata-rata' dibanding semula.

Tentu saja ini bagian dari sebuah rasa: Bersyukur :)

Saturday, 26 July 2014

Menemui ujung

Dingin menembus kulit. Menyapa subuh terakhir ramadhan tahun ini.

Sambil tergesa kulihat beberapa jamaah berlari mengejar imam yang baru saja takbiratul ihram.

Mandi Angin, Bukittinggi
Subuh 29 Ramadhan 1435 H

Friday, 25 July 2014

Pertemuan

Kita bertemu dengan banyak orang
Sebagian hanya bertemu, tukar sapa tanpa saling kenal
Sebagian banyak yang lain sering berpapas, seperti kita dan orang-orang di jalanan, angkutan kota, pasar, mall dan lainnya

Dan dari sebagiannya telah dan akan menjadi orang yang penting untuk kita
Tentang kita di masa lalu
Sekarang
Dan nanti
Bahkan awalnya kita tak menyangka

Begitulah pertemuan
Perjumpaan yang kita bubuhi arti
Untuk akhirnya memahami

: kita tak pernah benar-benar seorang diri

Friday, 11 July 2014

Ramadhan 1435 H

...
dalam sunyi
hanya rahasia hati yang menjadi penyambung hamba dengan Tuhannya
melipatgandakan cinta

Ramadhan
: ah, semoga aku tak berpura-pura untuk rindu

Wednesday, 29 May 2013

Subuh (2)

Detik indah mengikis keluh
Menghapus peluh
Melupa keruh
Lalu senyumku kubingkai jadi teduh

:)

#MariAlma'tsurat

NB: edisi menyemangati diri buat selalu bangun pagi, subuh itu ga boleh kesiangan *hosh*

Thursday, 2 May 2013

Pada Sebuah Pepatah

Sangkar besi tidak bisa mengubah rajawali menjadi burung nuri. Jika memang kamu merasa dirimu adalah bagian dari lokomotif perubahan makalah jadilah itu. Karena itu dirimu. Bangunlah narasi peradaban yang utuh dan kuatkanlah dengan pribadi yang kukuh.

Belajar itu... sepanjang hidup.

Wednesday, 17 April 2013

Monday, 15 April 2013

Surat

Sore kemaren, tiba-tiba handphone berdering. Satu sms masuk. Ah, dari ibu. Spontan saya langsung klik open dan membaca pesan dari wanita penuh cinta itu.
Yap. Pemberitahuan dari ibu kalau ayah baru mengirimi saya pulsa, hehe. Disambung kalimat selanjutnya…
“Kemaren surat tanggal 23 Maret baru ibu terima, bener dari Ayang? Masuk ke selokan Yang, tapi setelah dicuci dikeringkan dan dirangkai baru kebaca jelas. Jadi terharu Yang”
Oke, surat saya memang masuk selokan. Tapi yang penting, bikin ibu terharu jauh membuat saya jadi lebih terharu. Hwaaa >_<

---

Jadi ceritanya di lingkar halaqah (mentoring, pembinaan pekanan. red) saya bulan lalu membahas materi tentang peran wanita, tak terlepas menjadi ummu madrasah (ibu sebagai pendidik dan sekolah bagi anak). Di akhir materi, Murabbi (mentor/ pembina) saya pun meminta kami menulis surat cinta pada Ibu dalam sepuluh menit *serius! pake timer*. Surat kemudian dilipat origami jadi bentuk hati, ditulis alamat hingga akhirnya Murabbi saya benar-benar mengirimkannya.
Dan begitulah. Akhirnya ibu menerima surat itu.



Apa isinya? Ah, ini rahasia ibu dan gadis sulungnya :p 

Tuesday, 9 April 2013

Maju


Riak yang menawan tak cukup
Meski kau usir dia dari gelombangnya
Ia tetap cinta
Dan menyambanginya sama saja kau kehilangan arah
Kembang melurku
Karena kemanjaannya pada gerimis
Hanya untuk menyimpan musim
Yang sobek dan buram
Setelah kecemburuan mereka bunuh di lorong-lorong
Menelan mimpi
Mengidam pijar kemusnahan
Pada peradaban telah ia janjikan
Menjemput takdir ksatria mereka
Apapun yang terjadi
Berjuang adalah pilihan

Malang, 22 Maret 2013

Wednesday, 3 April 2013

Biarkan


Biar baitmu saja yang berbahasa
Dan untai syairmu bersuara
Lalu kau cukup diam

Karena kadang ia lebih lantang
Ya,
Nantikan saja dengan tenang

Malang, 4 April 2013

oh

Hari Minggu lalu dapet kenalan baru,

A : Oh ini yang namanya mba Fildzah
Saya : eh, iya mba.. Ada apa ya? *bingung*
A : Saya sering blogwalking loh ke blog mu, kok udah jarang posting?
Saya : *tidak menyangka* ah hmm, iya nih mba *miris juga menyadari posting saya hanya 1, masing-masing di bulan Februari dan Maret*
Saya bersiap nulis lagi kok mba *sambil senyum*

Oke, Laksanakan!
#ambilikatkepala

Thursday, 14 February 2013

langit

hey langit!
lama rasanya tak menuang sejungkup rasa dan seutas pena di sini, apa kabarmu?
ah, atau lebih baik aku tanya kabar dunia saja ya?

yang semakin merona
berwarna-warna

dan mencipta cita yang melegenda

yang pelan-pelan kurangkum
dalam bingkai paling istimewa.

Wednesday, 9 January 2013

dari vekky :*

Let's do our best for one another ^^ for us..


Sorry for being a bad friends for this whole time, but I'll try my best ^^
and thanks for always stay right next to me~
may god bless us ^^
Uhibukunna fillah :*

:x:x:x
A fake friend will take your secrets to others, A true friend will take your secrets to his grave.

Tuesday, 2 October 2012

Kalian (Tidak Bisa) Bakar Kami


Oleh: Fildzah Amalya*

Tadi
Empat puluh dentuman mengoyak mimpi
Padahal matahari belum mencumbu pagi
Gerimis pecah
Tangis patah terbelah
Memupus bulan yang kurus
Yang menggantung di malam kelam
Dan anak-anak tidak bisa sembunyi lagi
Di ketiak bapaknya
Pagi ini angkat senjata
Padahal, katanya kita sudah merdeka
Tapi rumput-rumput  jadi bisu
Bersama pesta pora rudal
Empat puluh lima ribu orang
Dipaksa keluar
Dan kota kami dibakar
“Besok kita pulang, Nak”
Merebut lagi merah putih
Jiwa kami masih terbakar
Nyalanya masih terang
Menjaga tanah darah air mata mata air bangsa ini
:
Palagan Surabaya
(2012)

*Penulis adalah mahasiswa kedokteran, menyukai kepenulisan, sejarah dan sastra. Aktif menulis dan mendeklamasikan puisi sejak SMA. Beberapa tulisannya sempat dimuat di beberapa media cetak lokal.

Wednesday, 25 July 2012

Qawiyul Jism


Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah SAW, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”(HR. Muslim)

Monday, 23 July 2012

Warning!


Tak akan terjadi jika aku tak sebenar yakin, tak sungguh-sungguh menancapkannya di alam bawah sadar hingga membuatnya selalu terbayang-bayang. Saat bangun hingga tidur. Satu hal, menyesal adalah saat tidak melakukan (padahal aku bisa) namun terlalu sering aku menunda. Dan saat menyadari itu, semua terasa menyesakkan.

#Note to my self as well

Sunday, 22 July 2012

Penciptaan: Tanda bagi Mereka yang Berakal


Di subuh gugu, para sahabat menunggu Rasulullah di masjid untuk mengimami mereka. Namun setelah beberapa saat, beliau tak kunjung datang. Maka salah seorang sahabat, Bilal, mendatangi rumah sang Nabi dan mendapatinya bertumpah air mata. Hingga membasahi janggutnya yang mulia.
Bilal tak tahan melihatnya, lalu dengan menangis pula ia bertanya, “Wahai Nabi, apa yang membuatmu menangis sedemikian rupa?”
Sang Nabi menjawab, “Sesungguhnya telah turun ayat padaku…
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” -QS ‘Ali Imran: 190

Friday, 13 July 2012

Surat Ukhuwah


Bumi Allah, Sya’ban 1433 H

Bismillah.
Dengan nama-Nya kumulai untai pena merajut ukhuwah bersamamu, saudaraku…
Bila matahari masih diizinkan Allah membiaskan embun untuk mengurai warna bianglala, maka izinkan pula aku memetik satu ronanya agar aku sampaikan padamu. Engkau ingin warna apa?

Merah yang membara, jingga yang merona,kuning yang merenda, hijau yang mempesona, biru yang mengangkasa, nila yang tempias atau ungu yang lugu. Sungguh ia tak hadir tanpa cinta, saudaraku.

Ya, tapi cintamu sementara, memang. Sepertiku. Bila tak kita tata dan hujam cinta kita pada-Nya yang satu. Mungkin saja kita nanti akan menjadi musuh bagi satu dan yang lain di hari berbangkit. Kau tak lagi saudaraku, begitu pun sebaiknya. Kita tak lagi berdekatan, menggenggam jemari dan tersenyum hangat. Kau bahkan tak mengenali rupaku, apalagi bilang aku cinta. Tapi jangan, sungguh ku tak ingin seperti itu. Semoga kita tak akan pernah menjadi demikian.

Ada perkecualian, kata Rabb kita. Semua akan menjadi musuh kecuali orang-orang yang mencintai karena-Nya. Hingga ikhlas dan sabar-lah yang akan menjadi batu-batu bata pembangun menara ukhuwah, menjulang ke langit cinta-Nya. Maka aku berdoa semoga Allah izinkan kita bertetangga di surga-Nya, kelak. Hingga kita kekalkan cinta yang sementara itu menjadi abadi karena Ia membersamai.

Lalu,
Apalah lagi hadiah terindah bagi seorang mukmin, bila bukan saudaranya?
Benar, saat Rasul kita bersabda, “Mukmin yang satu dan yang lain bagai bangunan yang saling mengokohkan”. Betul juga, sabdanya yang lain, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.” Engkau mengokohkan bangunan diriku, dan darimulah aku bercermin.

Saudaraku,
Bila aku masih terlalu picik membungkus kesalahanku dengan manajemen kata afwan, sungguh kini aku mohon maafkan. Bila masih banyak kebaikan yang belum terbalaskan, maka aku mohonkan Rabb kita membalas berlipat ganda.

Aku tak mampu berjuang sendiri, maka aku membutuhkanmu.

Sesungguhnya Engkau tahu, bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cinta-Mu. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah padam. Ya Rabbi, bimbinglah kami.”

Mengapa dakwah tak dipikulkan saja pada Muhammad, padahal ia satu-satunya manusia yang mendekati sempurna. Nyatanya sendiri tidaklah cukup. Tentu aku pun demikian, membutuhkanmu saudaraku.
Syukran wa afwan

NB: Surat ini adalah salah satu penugasan yang sebenarnya dibuat dengan spontan. Di luar dugaan, menjadi surat ukhuwah terbaik di Daurah bulan Juli ini. Alhamdulillah.