Bumi Allah, Sya’ban 1433 H
Bismillah.
Dengan nama-Nya kumulai untai pena merajut
ukhuwah bersamamu, saudaraku…
Bila matahari masih diizinkan Allah
membiaskan embun untuk mengurai warna bianglala, maka izinkan pula aku memetik
satu ronanya agar aku sampaikan padamu. Engkau ingin warna apa?
Merah yang membara, jingga yang
merona,kuning yang merenda, hijau yang mempesona, biru yang mengangkasa, nila
yang tempias atau ungu yang lugu. Sungguh ia tak hadir tanpa cinta, saudaraku.
Ya, tapi cintamu sementara, memang. Sepertiku.
Bila tak kita tata dan hujam cinta kita pada-Nya yang satu. Mungkin saja kita
nanti akan menjadi musuh bagi satu dan yang lain di hari berbangkit. Kau tak
lagi saudaraku, begitu pun sebaiknya. Kita tak lagi berdekatan, menggenggam
jemari dan tersenyum hangat. Kau bahkan tak mengenali rupaku, apalagi bilang
aku cinta. Tapi jangan, sungguh ku tak ingin seperti itu. Semoga kita tak akan
pernah menjadi demikian.
Ada perkecualian, kata Rabb kita. Semua
akan menjadi musuh kecuali orang-orang yang mencintai karena-Nya. Hingga ikhlas
dan sabar-lah yang akan menjadi batu-batu bata pembangun menara ukhuwah, menjulang
ke langit cinta-Nya. Maka aku berdoa semoga Allah izinkan kita bertetangga di surga-Nya,
kelak. Hingga kita kekalkan cinta yang sementara itu menjadi abadi karena Ia
membersamai.
Lalu,
Apalah lagi hadiah terindah bagi seorang
mukmin, bila bukan saudaranya?
Benar, saat Rasul kita bersabda, “Mukmin
yang satu dan yang lain bagai bangunan yang saling mengokohkan”. Betul juga,
sabdanya yang lain, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.” Engkau
mengokohkan bangunan diriku, dan darimulah aku bercermin.
Saudaraku,
Bila aku masih terlalu picik membungkus
kesalahanku dengan manajemen kata afwan, sungguh kini aku mohon maafkan. Bila
masih banyak kebaikan yang belum terbalaskan, maka aku mohonkan Rabb kita
membalas berlipat ganda.
Aku tak mampu berjuang sendiri, maka aku
membutuhkanmu.
“Sesungguhnya
Engkau tahu, bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cinta-Mu.
Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan.
Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya.
Terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah padam. Ya Rabbi, bimbinglah kami.”
Mengapa dakwah tak dipikulkan saja pada
Muhammad, padahal ia satu-satunya manusia yang mendekati sempurna. Nyatanya
sendiri tidaklah cukup. Tentu aku pun demikian, membutuhkanmu saudaraku.
Syukran wa afwan
NB: Surat ini adalah salah satu penugasan
yang sebenarnya dibuat dengan spontan. Di luar dugaan, menjadi surat ukhuwah
terbaik di Daurah bulan Juli ini. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment