Friday 13 July 2012

Surat Ukhuwah


Bumi Allah, Sya’ban 1433 H

Bismillah.
Dengan nama-Nya kumulai untai pena merajut ukhuwah bersamamu, saudaraku…
Bila matahari masih diizinkan Allah membiaskan embun untuk mengurai warna bianglala, maka izinkan pula aku memetik satu ronanya agar aku sampaikan padamu. Engkau ingin warna apa?

Merah yang membara, jingga yang merona,kuning yang merenda, hijau yang mempesona, biru yang mengangkasa, nila yang tempias atau ungu yang lugu. Sungguh ia tak hadir tanpa cinta, saudaraku.

Ya, tapi cintamu sementara, memang. Sepertiku. Bila tak kita tata dan hujam cinta kita pada-Nya yang satu. Mungkin saja kita nanti akan menjadi musuh bagi satu dan yang lain di hari berbangkit. Kau tak lagi saudaraku, begitu pun sebaiknya. Kita tak lagi berdekatan, menggenggam jemari dan tersenyum hangat. Kau bahkan tak mengenali rupaku, apalagi bilang aku cinta. Tapi jangan, sungguh ku tak ingin seperti itu. Semoga kita tak akan pernah menjadi demikian.

Ada perkecualian, kata Rabb kita. Semua akan menjadi musuh kecuali orang-orang yang mencintai karena-Nya. Hingga ikhlas dan sabar-lah yang akan menjadi batu-batu bata pembangun menara ukhuwah, menjulang ke langit cinta-Nya. Maka aku berdoa semoga Allah izinkan kita bertetangga di surga-Nya, kelak. Hingga kita kekalkan cinta yang sementara itu menjadi abadi karena Ia membersamai.

Lalu,
Apalah lagi hadiah terindah bagi seorang mukmin, bila bukan saudaranya?
Benar, saat Rasul kita bersabda, “Mukmin yang satu dan yang lain bagai bangunan yang saling mengokohkan”. Betul juga, sabdanya yang lain, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya.” Engkau mengokohkan bangunan diriku, dan darimulah aku bercermin.

Saudaraku,
Bila aku masih terlalu picik membungkus kesalahanku dengan manajemen kata afwan, sungguh kini aku mohon maafkan. Bila masih banyak kebaikan yang belum terbalaskan, maka aku mohonkan Rabb kita membalas berlipat ganda.

Aku tak mampu berjuang sendiri, maka aku membutuhkanmu.

Sesungguhnya Engkau tahu, bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cinta-Mu. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahaya-Mu yang tiada pernah padam. Ya Rabbi, bimbinglah kami.”

Mengapa dakwah tak dipikulkan saja pada Muhammad, padahal ia satu-satunya manusia yang mendekati sempurna. Nyatanya sendiri tidaklah cukup. Tentu aku pun demikian, membutuhkanmu saudaraku.
Syukran wa afwan

NB: Surat ini adalah salah satu penugasan yang sebenarnya dibuat dengan spontan. Di luar dugaan, menjadi surat ukhuwah terbaik di Daurah bulan Juli ini. Alhamdulillah.

No comments:

Post a Comment