Salah seorang teman pernah bilang,
"Saat menemui masalah, usahakan kamu tidak menjadi pihak yang
menangis. Cukup diam, lalu berpikirlah memecahkan masalah itu."
Tapi dia makhluk logika. Jadi aku tak sepenuhnya sepakat. Bukan
karena logikanya. Tapi nyatanya aku merasa perlu menangis sepuasnya di
hadapan-Nya, karena aku memiliki batas kuasa. Ada hal-hal yang hanya bisa
kulepas dengan takluk di depan-Nya dalam buncah ar mata, tanpa berkata-kata.
Dan entah, setelah itu sebagian dadaku menjadi lega.
No comments:
Post a Comment