Thursday, 26 December 2013

Jalan Bunga (Ibu)

Menatap wajahmu ibu,
Seperti sepotong bulan pualam
Menawan di tengah irama malam.
Menggamit tanganmu ibu,
Ada diorama yang terjelma
Hangat dari sekedar unggun yang menyala
Merinduimu Ibu,
Seperti pasir gurun menanti rintik
Atau matahari menunggu pagi.
Mencintaimu ibu,
Seperti pantai mencintai ombak
Menerjang dalam dada berbuncah
Hingga rona warna cinta pekat sudah.
Mengenangmu ibu,
Mengenang Tuhan dalam asma-Nya
Di dalamnya aku terengkuh dan terjaga
Sebelum menatap warna bernama dunia
Berbakti padamu ibu,
Membangun istana di negeri penuh bunga
Maka dosalah aku
Bila tak kutemui surga
Di bawah telapak kakimu.

Di teras kota gigil, 20 Desember 2013
Untuk wanita perkasa yang melahirkan banyak matahari
Hingga matahari kini tak sendiri…


Monday, 23 December 2013

Menikmati Diam

Kunikmati diam bila kau pun menulis tentangnya. Kau dapat tetap mendengarku, walau aku membisu. Aku sedang berjalan pergi, namun aku tetap punya arti. Maka lidahku tetap beku.
Sesederhana itu.

Aku akan mencari arah angin yang baru. Untuk membawaku sampai rindu. Menatap wajah langit yang melukis biru.

Diam lebih menyenangkan. Dan tentu saja menenangkan

Monday, 16 December 2013

Debat?

Ulama terdahulu kalau beda pendapat, dia nulis buku.
Jadi jernih & tidak emosional.


Bukan debat