Wednesday, 7 November 2012

aduh, belum bisa...

Di tengah salah satu acara Krima pekan lalu, saat duduk di belakang bersama kakak kelas
(setingkat di atasku dari jurusan Farmasi) sesama rekan SC...

Beliau kelihatan sedang terjangkit flu-like-syndrome, tampak sekali sedang flu berat. Tiba-tiba nyelutuk, "Fil, anamnesa aku (sambil nyodorin kertas dan bulpen), buatkan aku resep." "Eh? (ragu...) Ga bisa mas...", jawabku. "Loh kamu udah belajar respirasi kan? Ayo buat, kamu tinggal anamnesa aku, diagnosa, trus kamu mau intervensi obat di bagian mana... Simpel", sanggahnya. Dalam hati aku bingung, iya juga... Tapi beneran rasa-rasanya aku belum terbiasa menulis resep. Dari sini, nyadar kalau ilmuku rasanya masih mengambang di teori belum sampai di aplikasi.

"Aku dapat cerita dari dosen, banyak banget koass yang ga bisa bikin resep. Udah buat resep segini.... (Sambil membuat jarak sekitar 7 senti dengan telunjuk dan ibu jarinya), dan parahnya semua salah. Nah, kalau resep salah, aku sebagai apoteker nanti ga mau ngeluarin obat. Trus siapa yang disalahin? Korbannya tetap pasien kan?", imbuhnya.

#Suerr. Ini jleb banget!

"Sini, kalau buat resep legal artisnya apa? (sambil ngajarin dan nulis di kertas yang ia sodorkan tadi)... Coba belajar dari sekarang biar terbiasa. kalau ada temen-temenmu yang sakit, anamnesa aja. Kalau salah sekarang masih wajar kamu mahasiswa, bukan nanti waktu jadi koass apalagi dokter."

"Ini aku punya buku bagus tentang resep, nanti pinjam", katanya.

Bener... Bener... Kalau sampai sekarang masih belum bisa dan mengatakan tidak bisa, trus kapan dong bisanya?? (tanya diri)

Well, setidaknya hari ini saya "tertampar" dengan perkuliahan dua tahun yang telah saya jalani.

Being a doctor is not a simple way because need life learning process. This is.. the way I have chosen, the way I am going to be.

No comments:

Post a Comment